Topcareer.id – Sudah banyak orang Indonesia yang kini berhasil diterima kerja di berbagai negara di luar negeri seperti di Amerika Serikat.
Mereka yang bekerja di Amerika Serikat tentu saja tak hanya mempersiapkan diri untuk sanggup bersaing secara kompetitif di perusahaan tetapi juga harus sanggup dengan cepat beradaptasi dengan budaya lingkungan kerja di sana.
Pada kesempatan acara Webinar Working Globally by Geospatial Creative Institute Webinar Insight Talk, Sabtu 27 Juni 2020, Ars-Vita Alamsyah, narasumber yang bekerja di Amerika menyampaikan gambaran lingkungan kerja di Amerika.
Baca Juga: Ingin Bekerja di Amerika Serikat? Ini Tips Buat Kamu
Keanekaragaman dan inklusi
Dalam lingkungan bisnis global, keragaman menjadi semakin penting dan AS terus mempromosikan untuk merekrut orang-orang dengan latar belakang yang berbeda.
Kebebasan berbicara dan pribadi
Tim kepemimpinan di perusahaan di Amerika transparan dalam menyampaikan informasi dan terbuka untuk menerima umpan balik dari bawahannya. Gosip di antara rekan kerja juga bukanlah hal umum di tempat kerja. Ars-Vita menceritakan pengalamannya ketika pertama kali sedang sholat di sekitar meja kerjanya, atasannya memanggilnya namun ia tak menjawab panggilan tersebut, namun atasannya tidak lantas melakukan komplain, tetapi menunggu hingga selesai sholat dan kemudian setelahnya justru ia diberikan tempat khusus untuk saya menjalankan ibadah sholat. Jadi ternyata di Amerika tidak semenakutkan seperti yang sebagian orang perkirakan bahwa kita yang minoritas islam tidak dihargai, ternyata justru sebaliknya.
Akses teknologi
Perusahaan banyak berinvestasi dalam kesejahteraan infrastruktur mereka. Mereka memastikan karyawan memiliki akses mudah ke teknologi canggih dan sumber daya yang cukup untuk pekerjaan mereka. “Contohnya saya waktu pertama kali bergabung di perusahaan ini saya benar-benar tidak memiliki satupun tools pendukung untuk bekerja, namun perusahaan saat itu juga segera memberikan semua perlengkapan dan akses teknologi yang saya butuhkan mulai dari laptop dengan spesifikasi terbaik, perlengkapan pendukung, tempat kerja yang nyaman hingga akses internet untuk mendukung kinerja saya.” Kata Ars-Vita.
Sebagai pekerja sekaligus mahasiswa S2 di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Tak hanya lingkungan kerja yang berbeda dirasakan oleh narasumber, namun lingkungan akademik di Amerika juga terasa perbedannya dengan Indonesia.
Lingkungan akademik di Amerika Serikat sudah diajarkan membangun profesionalisme sejak tahun pertama. Kegiatan reguler siswa banyak berhubungan dengan organisasi, dan kerja paruh waktu. Kurikulum yang solid, kuat, dan terstruktur dengan baik menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan melalui banyak penelitian dan pengalaman langsung.
Baca Juga: Ingin Gaji Naik Pesat? Bekerja di Luar Negeri
Sedaangkan di Indonesia, siswa sejak awal lebih diarahkan untuk mudah bergaul melalui orientasi dan organisasi. Menciptakan lebih banyak persahabatan seumur hidup selama sekolah menengah dan perguruan tinggi, mengandalkan magang wajib dan proses perekrutan relatif lebih mudah.
Bekerja di negeri orang memiliki tantangannya tersendiri seperti kesepian, jauh dari keluarga, dan harus beradaptasi dengan beragam budaya dari orang yang berasal dari negara yang berbeda-beda.
Diperlukan konsistensi dan keteguhan hati yang kuat jika kamu ingin bekerja di luar negeri. Banyak persiapan cukup berat yang harus kamu jalani selain mempersiapkan kualitas diri.
Namun menurut Ars-Vita ada juga hal penting yang bisa dipelajari dari lingkungan kerja di Amerika Serikat. “Di Amerika perusahaan benar-benar memberikan work-life balance, atasan tidak pernah memberikan beban kerja yang berlebihan kepada karyawannya termasuk saya.” tutur Strategic Planner di Northrop Grumman, Washington D.C, Amerika Serikat, Ars-Vita Alamsyah. Ia sangat menyayangkan cerita teman-temannya dari Indonesia yang menyampaikan bahwa mereka masih sering mengalami ketidakseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi.**(RW)