Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Saturday, April 27, 2024
redaksi@topcareer.id
Covid-19

Mengenal Reaksi Anafilaktik, Risiko Paling Serius Setelah Vaksinasi

Ilustrasi: UCHealth.org

Topcareer.id – Pada umumnya vaksinasi tidak menimbulkan reaksi. Namun, ada beberapa reaksi yang tetap perlu diketahui, bahkan diwaspadai. Apalagi vaksinasi COVID-19 terbilang program vaksinasi untuk penyakit baru yang butuh pemantauan.

Salah satu Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi atau KIPI yang paling serius dan patut diwaspadai, yakni reaksi anafilaktik. Ini  adalah reaksi hipersensitifitas generalisata atau sistemik yang terjadi dengan cepat (umumnya 5-30 menit sesudah suntikan) serius dan mengancam jiwa.

“Jika reaksi tersebut cukup hebat dapat  menimbulkan syok yang disebut sebagai syok anafilaktik. Syok anafilaktik membutuhkan pertolongan cepat dan tepat,” tulis Surat Keputusan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor HK.02.02/4/1/2021 Tentang Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19.

Dalam Surat Keputusan itu menyebutkan bahwa reaksi anafilaktik adalah KIPI paling serius yang juga menjadi risiko pada setiap pemberian obat atau vaksin.

Gambaran atau gejala klinik suatu reaksi anafilaktik berbeda-beda sesuai dengan berat-ringannya reaksi antigen-antibodi atau tingkat sensitivitas seseorang, namun pada tingkat yang berat berupa syok anafilaktik gejala yang menonjol adalah gangguan sirkulasi (gangguan pada sistem peredaran darah) dan gangguan respirasi (ganguan pernapasan).

Reaksi anafilaktik biasanya melibatkan beberapa sistem tubuh, tetapi ada juga gejala-gejala yang terbatas hanya pada satu sistem tubuh (contoh: gatal pada kulit) juga dapat terjadi.

Baca juga: Traveling Tak Akan Pernah Kembali Seperti Sebelum Pandemi COVID-19

“Tanda awal anafilaktik adalah kemerahan (eritema) menyeluruh dan gatal (urtikaria) dengan obstruksi jalan nafas atas dan/atau bawah. Pada kasus berat dapat terjadi keadaan lemas, pucat, hilang kesadaran dan hipotensi.”

Kriteria reaksi anafilaktik

1. Gejala muncul tiba-tiba dalam menit sampai jam, melibatkan kulit, jaringan mukosa, atau keduanya ( misal: bercak merah di seluruh tubuh, terasa gatal dan panas, bibir, lidah, dan uvula, bengkak).

Ditambah sedikitnya satu dari keadaan berikut: Gejala pada pernapasan (mis: sesak napas, mengi, batuk, stridor, hipoksemia) atau tekanan darah menurun mendadak atau timbulnya gejala disfungsi organ seperti hipotonia (kolaps), inkontinensia.

2. Dua atau lebih dari keadaan berikut yang muncul mendadak setelah pajanan alergen atau pemicu lainnya.

Gejala muncul tiba-tiba dalam hitungan menit sampai jam, melibatkan kulit, jaringan mukosa, atau keduanya ( mis: bercak merah di seluruh tubuh, terasa gatal dan panas, bibir, lidah, dan uvula, bengkak).

Gejala pada pernapasan (mis: sesak napas, mengi, batuk, stridor, hipoksemia). Tekanan darah menurun mendadak atau timbulnya gejala disfungsi organ seperti hipotonia (kolaps), inkontinensia. Gejala pencernaan yang timbul mendadak (mis: nyeri perut sampai kram,muntah).

3. Tekanan darah berkurang setelah pajanan allergen yang diketahui untuk pasien (dalam hitungan menit sampai jam).

Pada orang dewasa: tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmhg atau lebih besar pengurangan tekanan darah sampai 30% dari batas bawah garis pasien tersebut.

Pada bayi dan anak-anak: Tekanan darah sistolik rendah (spesifik usia) atau pengurangan tekanan darah sistolik yang lebih besar dari 30%.

Leave a Reply