Topcareer.id – Tiga minggu setelah mempublikasikan untuk hidup berdampingan dengan COVID-19, Singapura kini kembali lockdown sebagian selama sebulan.
Dengan 182 infeksi baru yang tercatat pada hari Selasa (20/7), negara kota itu kembali lockdown dengan melarang orang makan di restoran.
Selain itu, Singapura juga menutup tempat-tempat dalam ruangan seperti pusat kebugaran dan membatasi pertemuan untuk dua orang.
Hal ini merupakan kemunduran bagi ambisi Singapura untuk mulai menghadapi COVID-19 seperti halnya mengatasi influenza.
Rencana tersebut terkait dengan vaksinasi, di mana sebanyak 46 persen dari populasi 5,5 juta telah divaksinasi penuh.
Rupanya, laporan angka vaksinasi tersebut belum cukup tinggi bagi Singapura untuk mengambil langkah berikutnya dengan percaya diri.
Baca juga: Singapura Minta Warganya yang Belum Vaksin untuk di Rumah Saja
“Beberapa orang juga bertanya mengapa kami memperketat langkah-langkah jika kami berencana untuk hidup dengan COVID-19 pada akhirnya, dan bagaimana ini sesuai dengan rencana endemik COVID kami,” kata Menteri Perdagangan dan Industri Gan Kim Yong.
“Arah kami tidak berubah. Namun, ketika kami menguraikan rencana kami untuk hidup dengan COVID-19, kami juga menekankan bahwa kami perlu meningkatkan vaksinasi kami secara signifikan. Sementara itu, kami masih perlu mengendalikan infeksi untuk melindungi mereka yang tidak divaksinasi, terutama orang tua,” Gan Kim Yong menambahkan.
Singapura sekarang kembali dalam posisi defensif, dengan pembatasan fase dua yang ditingkatkan mulai Kamis (22/7), dan berlaku hingga 18 Agustus.
Singapura hanya beberapa minggu lagi untuk mencapai dua pertiga orang yang divaksinasi penuh.
Namun Menteri Kesehatan Ong Ye Kung mengatakan “sekarang bukan waktunya untuk mempertaruhkan semuanya.”
Singapura menggunakan vaksin mRNA buatan Amerika Pfizer dan Moderna, dan telah memulai kembali perjalanan bebas karantina ke dan dari negara-negara berisiko rendah pada akhir tahun.**(Feb)