Topcareer.id – Tren transformasi digital yang banyak diadopsi berbagai sektor memicu pertumbuhan jumlah bisnis rintisan berbasis teknologi (startup) di tanah air. Berdasarkan hasil riset lembaga survei CHGR, jumlah startup di Indonesia diproyeksikan akan bertumbuh sekitar 13.000 pada 2020.
Dan menurut Startupranking.com hingga bulan Maret 2019, Indonesia tercatat sebagai negara yang memiliki jumlah start-up tertinggi di Asia Tenggara, yakni sekitar 2.080 start-up.
“Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa dan dinominasi kelas menengah serta ketersediaan perangkat teknologi yang terus berkembang di tanah air disinyalir menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor untuk mengembangkan bisnis startup.” ungkap Direktur Bisnis dan Pemasaran Lembaga Layanan Pemasaran (LLP) Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM), Armel Arifin di pembukaan pameran Art and Craft 2019 yang diselenggarakan Skills.id di Food Centrum, Sunter, Jakarta, Senin (23/9/2019).
Menariknya berdasarkan data Mapping & Database Startup Indonesia, pada tahun 2018 terdapat 992 startup di Indonesia, dimana 69,2 founder startup didominasi generasi Y yaitu mereka yang berusia 25-38 tahun dan membangun bisnis rintisan dengan modal yang minim.
Modal awal yang dikeluarkan untuk membangun startup 85,8 persen responden mengatakan berkisar kurang dari 100 juta. Sementara 9,5 persen responden mengaku menghabiskan uang 100-500 juta untuk membangun bisnis startup.
Menurut Arifin alasan mengapa banyak anak muda lebih memilih membangun bisnis rintisan karena saat ini generasi muda memiliki semangat kewirausahaan yang tinggi, selain juga karena sulitnya mencari lapangan pekerjaan. “Bisnis startup juga menjadi peluang untuk para fresh graduate yang ketika lulus bingung harus kemana dan melakukan apa. ” ungkap Armel
