Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Tuesday, May 21, 2024
redaksi@topcareer.id
Tren

Studi Baru Ungkap Kesenjangan Antara Pencari Kerja dan Perekrut

Credit scoring calon karyawan bisa jadi hal umum untuk proses perekrutan.

Topcareer.id – Hasil penelitian Associate Professor Dai Xianchi dari Chinese University of Hong Kong (CUHK) Business School, ada perbedaan sistematis dalam perspektif tentang bakat dan kerja keras antara pencari kerja dan perekrut.

Penelitian itu berjudul “The fundamental recruitment error: Candidate-recruiter discrepancy in their relative valuation of innate talent vs. hard work” yang mensurvei lebih dari 100 industri di Amerika Serikat dan Tiongkok dan dibagi menjadi dua kelompok: pencari kerja dan perekrut.

Pencari kerja diberikan dua surat lamaran kerja, satu memuji bakat bawaan mereka dan yang lainnya menyoroti kerja keras mereka, dan mereka harus memilih salah satu. Selanjutnya, perekrut harus memutuskan kandidat mana yang akan mereka pekerjakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pencari kerja memilih surat rekomendasi yang memuji bakat bawaan mereka, sedangkan perekrut lebih menyukai kandidat yang menekankan kerja keras.

Lebih lanjut, para peneliti menemukan bahwa pencari kerja cenderung mengasosiasikan potensi karier dengan bakat bawaan, sementara perekrut mengaitkan kinerja pekerjaan saat ini dengan ketekunan atau kerja keras.

Demikian pula, para pencari kerja lebih mementingkan sifat-sifat yang terkait dengan bakat bawaan dan cenderung menunjukkan potensi karier pribadi, sementara para perekrut lebih menekankan pada kinerja pekerjaan para kandidat saat ini.

Baca juga: Manfaat Penguasaan Bahasa Asing Untuk Job Seeker Dan Pekerja

Profesor Dai mencatat bahwa hasil ini memberikan bukti adanya perbedaan antara calon pekerja dan perekrut dalam penilaian mereka terhadap bakat bawaan versus kerja keras.

Penilaian yang tidak selaras dapat menyebabkan calon pekerja menggunakan strategi yang tidak efektif sehingga mengurangi peluang mereka mendapatkan pekerjaan yang sesuai.

“Pendekatan atau pola pikir perekrut yang berorientasi pada posisi dalam pemilihan talenta dapat menimbulkan konsekuensi negatif bagi perusahaan dalam jangka panjang, seperti tingginya turnover, rendahnya semangat kerja, dan kurangnya inovasi,” jelas Profesor Dai melalui siaran pers yang diterima Topcareer.id, Senin (29/4/2024).

Profesor Dai menyarankan agar calon pekerja lebih berupaya menunjukkan orientasi mereka terhadap kerja keras, seperti memberikan bukti kepribadian pekerja keras mereka saat menulis surat lamaran atau melakukan wawancara kerja. Di sisi lain, perekrut harus mempertimbangkan potensi karier kandidat serta kinerja pekerjaan mereka saat ini.

Dengan memahami dan mengatasi kesenjangan harapan antara pencari kerja dan perekrut, kedua belah pihak dapat meningkatkan peluang mereka untuk menemukan pasangan yang cocok dan berkontribusi dalam menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan mendukung.

Leave a Reply