Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Thursday, May 2, 2024
redaksi@topcareer.id
Tren

Laporan: UMKM Asia Tenggara Andalkan Modal Bisnis dari Tabungan dan Teman

Ilustrasi UMKM Asia Tenggara.Salah satu stan Pelaku Usaha Mikro yang menjual kerajinan berbahan bambu. Foto: Topcareer.id/Wulan

Topcareer.id – Menurut laporan yang diluncurkan oleh platform pendanaan digital, Grup Modalku, sekitar 70% usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Asia Tenggara memulai bisnis mereka dengan modal awal yang diperoleh dari tabungan pribadi maupun dukungan finansial dari keluarga atau teman.

Hal itu khususnya ada di wilayah Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Pendanaan dari bank tradisional terdiri dari 23%, sedangkan 7% sisanya beralih ke alternatif pendanaan seperti perusahaan fintech.

Untuk di Indonesia, mayoritas UMKM mendapatkan sumber modal awal dari uang tabungan, dukungan keluarga dan teman (51%), kemudian diikuti oleh bank tradisional (31%), sumber pendanaan alternatif seperti perusahaan fintech (10%), dan sisanya dari investor (3%).

Untuk lebih memahami pola pikir para pelaku bisnis, Grup Modalku sebagai platform pendanaan digital bagi UMKM di Asia Tenggara, melakukan survei pada tahun 2023 terhadap 977 UMKM di lima negara beroperasi, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand 1 , dan Vietnam.

Responden pada laporan ini masuk dalam kategori usaha mikro (74%) dan pemilik usaha (63%), yang mana responden tersebut merupakan penerima dana Grup Modalku (59%) dan bukan penerima dana Grup Modalku (41%).

Perekonomian Asia Tenggara sedang menuju pemulihan setelah mengalami penurunan selama pandemi; dan walaupun dengan tantangan makroekonomi yang baru-baru ini terjadi, wilayah ini tidak terdampak sebesar wilayah lain di dunia.

Baca juga: Ada 22 Juta UMKM Masuk E-Commerce, Naik 14 Jutaan Dibanding 2020

Faktor-faktor ini mendorong perusahaan pembiayaan tradisional dan digital untuk menciptakan solusi inovatif bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Namun, banyaknya pilihan tidak berarti akses pendanaan menjadi lebih mudah.

“Survei ini menegaskan dan memperluas pemahaman kami tentang UMKM untuk melayani mereka lebih baik, dengan mempermudah akses pendanaan yang dihadirkan dan mulai masuk ke dalam manajemen arus kas, yang akan diterapkan pada produk kami,” kata Country Head Modalku, Arthur Adisusanto dalam siaran pers, dikutip Selasa (10/10/2023).

Business Term Loan merupakan produk yang paling banyak digunakan oleh responden (49%). Di Indonesia sendiri, produk business term loan merupakan pendanaan bisnis yang memberikan kontribusi terbesar (74%).

Kemudian diikuti oleh produk account payable financing (25%) dan produk invoice financing (22%). Selain itu, responden di Indonesia juga mengatakan bahwa mereka menggunakan produk manajemen biaya (21%), transaksi lintas-negara (13%) dan sisanya menggunakan fasilitas pembayaran dengan kartu (8%).

Sebagian besar UMKM yang disurvei lebih memperhatikan utang dibanding piutang, khususnya kemampuan mereka membayar supplier.

Lebih dari sepertiga responden menyebutkan akses terhadap pendanaan (termasuk pinjaman dan kartu kredit) dan pemenuhan pembayaran kepada supplier atau vendor yang tidak menawarkan pilihan pembayaran yang fleksibel merupakan permasalahan utang utama mereka. Hal ini termasuk:

Pemantauan dan pelaporan utang
Mendapatkan persetujuan untuk pembayaran
Integrasi faktur atau invoice dengan pesanan pembelian dan tanda terima

Leave a Reply